Segelas juice menemani REVENGE termenung di sore ini. Mukanya layu, matanya sayu. Seperti menyimpan duka yang teramat dalam. Tak ada senyum sebaris pun yang terukir dari bibirnya.
"Kamu pasti terkena kutukan itu, Revenge." Kyuni mencoba memberitahu, namun Revenge tak perduli.
"Kubilang juga apa, jangan pergi ke daerah terlarang itu," lanjutnya.
Kyuni merasa prihatin melihat perubahan Revenge. Namun dia takut memberitahukan kepada Ayahnya, karena bisa saja Revenge dihukum jagal jika Ayahnya sampai tahu.
"Dimana aku harus mendapatkan jubah merah itu, Kyuni?" Revenge berbicara. Kyuni terkejut. Matanya terbelalak tak percaya.
"Kau benar-benar harus dipadusi," seru Kyuni hampir berteriak.
"Kau harus segera dimandikan di tujuh mata air suci. Setan neraka itu telah merasukimu."
Revenge menatap Kyuni tajam. Dari pancaran matanya menyiratkan keheranan yang mendalam.
"Apa salah jika aku menginginkan jubah merah?" Ada nada tak suka dalam pertanyaannya.
"Aku hanya ingin menjadi berguna," lanjut Revenge. Suaranya lirih seperti merintih.
Kyuni menggeleng tegas. Ia tahu, bangsa putih seperti dirinya dilarang keras menginginkan jubah merah. Itu adalah hal yang sangat dilarang.
"Sadar, Revenge. Kita itu terlahir sebagai bangsa putih. Bercerminlah!" Namun Revenge telah beranjak pergi. Meninggalkan Kyuni yang terheran dan semakin ketakutan.
*****
"Apa tak sebaiknya kau cari pengganti Revenge?" bujuk Dayut pagi itu.
Kyuni menghela nafas panjang. Hatinya terserang bimbang. Dia tak ingin kehilangan Revenge, namun juga takut harus ikut dijagal jika terus berdekatan dengan Revenge.
"Kamu harus segera mencari pengganti Revenge, Kyuni. Kalau kau ingin berumur panjang." Lagi Dayut membujuk. Dia tak ingin sahabatnya ikut terpuruk ke jalan yang sesat.
"Tidak!" Kyuni berteriak tegas.
"Aku akan menyadarkan Revenge, sebelum dia semakin terpengaruh setan neraka."
Dayut geleng-geleng kepala. Dia tak yakin Kyuni mampu melakukan itu. "Kau tahu, nyawamu taruhannya?"
Gelengan kepala Kyuni tetap tercipta. "Tidak, aku harus membantu Revenge. Jangan halangi aku!"
Kyuni berlari, terus berlari. Dia pergi ke tempat Dewi Kwan In untuk meminta obat penangkal kerasukan setan neraka.
"Tolong hamba, Dewi. Hamba rela mengorbankan diri hamba jikalau memang itu syarat yang harus hamba penuhi," pinta Kyuni.
Dewi Kwan In memandang penuh iba pada bangsa putih yang datang kepadanya. Dia tahu di dalam diri Kyuni ada power of LOVE yang sangat kuat.
"Datanglah padaku bersama kekasihmu itu, maka akan kuberikan obat yang kau mau." Dewi Kwan In berucap arif. Suaranya merdu membuat orang yang mendengarnya menjadi tenang seketika.
Lantas Kyuni pun pulang, tanpa was-was seperti waktu dia datang.
****
Senja telah tercipta. Di cakrawala menyemburat warna emas yang sangat indah. Revenge terpaku menatapnya, pesona Tuhan yang selalu membuatnya takjub.
"Aku ingin melihat senja, Ma. Seperti cerita dalam dongeng itu."
Ucapan gadis manis di negri terlarang itu masih selalu terngiang di benak Revenge.
"Aku akan selalu berdo'a pada Tuhan agar memberiku keajaiban, Ma." Dan Revenge pun menitikkan air mata. Seketika itu juga cinta tumbuh di hatinya. Cinta terlarang untuk gadis manis di negri terlarang.
"Tuhan pasti mendengar do'amu, Sayangku." Mama dari gadis itu berujar. Mata beningnya merebak membuat Revenge semakin trenyuh.
"Apapun akan kulakukan untuk menolong gadis itu, meski nyawaku harus kupersembahkan." Revenge berjanji pada dirinya sendiri.
Namun kyuni terus menentang. Dia ingin Revenge sembuh dari keinginannya memiliki jubah merah.
"Kita ke tempat Dewi Kwan In, Revenge. Kau akan disembuhkan oleh beliau." Kyuni membujuk.
Revenge berjalan menjauh, terus menjauh. Dia tak mempedulikan panggilan Kyuni.
****
Ravenge berdiri di ujung jembatan yang memisahkan antara daerah kekuasaan bangsa putih dan bangsa merah. Di sanalah nantinya jubah merah yang sangat diinginkan Revenge bisa didapatkan.
"Maafkan aku teman-teman, Kyuni dan semua FAMILY ku. Aku harus mengkhianati sumpah bangsa kita." Revenge bergumam sebelum kakinya berjalan perlahan. Setapak demi setapak menelusuri jembatan kepastian. Jika ia sampai di ujung sana, maka semua badannya akan berubah merah sewarna darah.
"Aku hanya ingin berarti. Dan ini bukti bahwa bangsa putih adalah pecinta sejati," lirihnya.
"Tidaaak! Revenge tunggu!" Kyuni berteriak. Dia terus memohon agar Revenge mau kembali. Namun panggilannya tak diindahkan sama sekali.
Revenge sudah jauh meniti jembatan kepastian. Semakin jauh melangkah sampai di ujung bangsa merah.
Kyuni menangis, Kyuni berduka. Dia tertunduk di tanah lemas tak berdaya. Dia merasa kehilangan Revenge tambatan hatinya. Hingga tak sengaja dia menemukan buku curhatan Revenge hadiah darinya dulu. Dibuka buku itu selembar demi selembar, hingga dia menemukan tulisan yang menarik perhatiannya.
Dear, Kyuni.
Aku tahu kau mencintaiku. Sejak dulu aku telah merasakannya, perhatianmu berbeda. Namun kau tahu bukan jikalau cinta itu tak bisa dipaksakan?
Dan kenyataannya memang begitu. Cinta memang aneh, seaneh diriku yang jatuh cinta pada bangsa yang salah. Kau tahu? Namanya Tasya, dia dari bangsa manusia. Dan dia sangat menyukai senja.
Mungkin kau ingin tahu mengapa aku memutuskan pergi ke bangsa merah untuk mendapatkan jubah merah? Ya, aku ingin jadi mereka. Aku ingin jadi wortel karena aku ingin berguna bagi Tasya.
Aku ingin mempersembahkan senja bagi Tasya yang tak bisa melihat. Dan itu akan berhasil jika Tasya mau makan wortel si bangsa merah, bukan lobak seperti kita si bangsa putih. Karena bangsa manusia bilang, andai rajin makan wortel maka mata mereka akan sehat.
Semoga kau mengerti.
Yang menyayangimu sebagai sahabat,
Revenge si Lobak Tampan.
Taiwan, 11.07.12.
0 Suara:
Posting Komentar