Putriku, apa kabarmu sayang? pastinya kau sudah besar sekarang ya. Ibu kangen kamu nak.
Vika, Ibu ingin sedikit bercerita, lebih tepatnya Ibu ingin minta maaf, mungkin Ibu bukanlah ibu yang terbaik bagimu saat ini. Disaat kau membutuhkan kasih sayang dan dukungan, tapi Ibu malah berlari menjauh meninggalkanmu sendiri. Kau masih terlalu kecil untuk bisa mencerna apa yg terjadi, dan kau begitu lugu untuk tau alasan mengapa Ibu pergi.
Maafkan Ibu tidak bisa seperti Ummi sahabat-sahabatmu, ampuni Ibu tidak seperti Bunda teman2mu. Yang mengantarkanmu untuk pertama kalinya pergi ke sekolah, yang membawamu pergi ke dokter mencabut gigi susu pertamamu yang tanggal, yang menjemputmu setelah selesai acara lomba yg kau ikuti, yang membetulkan letak jilbabmu sebelum kau pergi ke TPQ. Ibu tak bisa melakukan itu semua sayang, karena Ibu sekarang berada beribu-ribu kilometer jauhnya darimu. Memenuhi nafsu Ibu yang syarat akan keduniawian. Maafkan Ibu, Putriku.
Ibu tau sayang ini berat bagimu, sungguh riskan membiarkanmu menghadapi dunia ini sendiri. Tapi Nduk, Ibu punya alasan mengapa Ibu pergi. Alasan yang Ibu 'pak' dalam 1 paket kata keegoisan "demi masa depanmu." Meskipun Ibu tak bisa menjamin langkah ini benar-benar akan membahagiakanmu. Tapi Ibu akan berusaha, Nak. Sekuat tenaga semampu yang Ibu bisa. Suatu saat jika kau tlah menjadi wanita, kau pasti mengerti mengapa Ibu tega tak memperdulikan tangismu saat kau ucap "Ibu, jangan pergi."
Ibu bisa merasakan kekecewaanmu putriku. Saat kau terbangun dari tidurmu dan mencari ibu, tapi tak kau dapatkan di semua tempat yg kau cari. Ibu dulu juga merasakannya. Tapi kasus kita berbeda. Ibu dulu tak pernah lagi bisa merasakan dipeluk oleh seorang 'mama' dan tidak untukmu. Ibu janji Nak, suatu saat Ibu akan pulang.
Sebenarnya tak seharusnya Ibu melakukan ini terhadapmu Nduk, ternyata kehidupan itu pahit dan maafkan Ibu terpaksa mengenalkannya terhadapmu. Cepat atau lambat kau harus tau.
Bukan Ibu tak menyayangimu karna lebih memilih jadi TKI daripada menetap dirumah bersamamu. Kamu tau sayang, Ibu begitu sedih menjalani hari-hari Ibu tanpamu. Begitu resah tak bisa melihat tawamu. Begitu gundah tak bisa bercanda denganmu. Hanya satu yang membuat Ibu semangat menjalani semua, yaitu pesanmu di telpon waktu itu "Ibu disana kerja hati-hati, ya. Vika sayang Ibu karna Allah."
Vika manis, tak pernah luput namamu ada di barisan do'a yg Ibu panjatkan. Harapan Ibu nak, janganlah kau seperti awan, putih indah dipandang tapi terkadang berubah hitam memuntahkan isinya ke bumi dalam bentuk hujan dan tergantikan yang baru.
Jangan juga seperti kapas, lembut, suci tapi mudah tertiup angin hilang dan tak berbekas.
Tapi, jadilah seperti karang. Meskipun kasar, berlubang, sendirian di tengah lautan tapi merupakan tempat yg nyaman dan kokoh untuk berpijak. Dan tetap tegar meski badai bertubi-tubi menghantam.
Ibu yakin Vika anakku, meski kamu masih kecil tapi kamu pasti bisa menghadapi dunia ini walau tanpa raga ibu disisimu. Karena kamu anak Ibu yang tegar, yang tak akan menyerah terhadap keadaan, yang kuat menghadapi semuanya. Percayalah sayang, Tuhan bersama kita.
Titip ayah ya nduk, kalau tetep nakal jewer aja hehehe.
Vika Gladis Afianty my daughter, be the best of you, with and without me beside you. I'll pray for you forever. I Love You.
Vika, Ibu ingin sedikit bercerita, lebih tepatnya Ibu ingin minta maaf, mungkin Ibu bukanlah ibu yang terbaik bagimu saat ini. Disaat kau membutuhkan kasih sayang dan dukungan, tapi Ibu malah berlari menjauh meninggalkanmu sendiri. Kau masih terlalu kecil untuk bisa mencerna apa yg terjadi, dan kau begitu lugu untuk tau alasan mengapa Ibu pergi.
Maafkan Ibu tidak bisa seperti Ummi sahabat-sahabatmu, ampuni Ibu tidak seperti Bunda teman2mu. Yang mengantarkanmu untuk pertama kalinya pergi ke sekolah, yang membawamu pergi ke dokter mencabut gigi susu pertamamu yang tanggal, yang menjemputmu setelah selesai acara lomba yg kau ikuti, yang membetulkan letak jilbabmu sebelum kau pergi ke TPQ. Ibu tak bisa melakukan itu semua sayang, karena Ibu sekarang berada beribu-ribu kilometer jauhnya darimu. Memenuhi nafsu Ibu yang syarat akan keduniawian. Maafkan Ibu, Putriku.
Ibu tau sayang ini berat bagimu, sungguh riskan membiarkanmu menghadapi dunia ini sendiri. Tapi Nduk, Ibu punya alasan mengapa Ibu pergi. Alasan yang Ibu 'pak' dalam 1 paket kata keegoisan "demi masa depanmu." Meskipun Ibu tak bisa menjamin langkah ini benar-benar akan membahagiakanmu. Tapi Ibu akan berusaha, Nak. Sekuat tenaga semampu yang Ibu bisa. Suatu saat jika kau tlah menjadi wanita, kau pasti mengerti mengapa Ibu tega tak memperdulikan tangismu saat kau ucap "Ibu, jangan pergi."
Ibu bisa merasakan kekecewaanmu putriku. Saat kau terbangun dari tidurmu dan mencari ibu, tapi tak kau dapatkan di semua tempat yg kau cari. Ibu dulu juga merasakannya. Tapi kasus kita berbeda. Ibu dulu tak pernah lagi bisa merasakan dipeluk oleh seorang 'mama' dan tidak untukmu. Ibu janji Nak, suatu saat Ibu akan pulang.
Sebenarnya tak seharusnya Ibu melakukan ini terhadapmu Nduk, ternyata kehidupan itu pahit dan maafkan Ibu terpaksa mengenalkannya terhadapmu. Cepat atau lambat kau harus tau.
Bukan Ibu tak menyayangimu karna lebih memilih jadi TKI daripada menetap dirumah bersamamu. Kamu tau sayang, Ibu begitu sedih menjalani hari-hari Ibu tanpamu. Begitu resah tak bisa melihat tawamu. Begitu gundah tak bisa bercanda denganmu. Hanya satu yang membuat Ibu semangat menjalani semua, yaitu pesanmu di telpon waktu itu "Ibu disana kerja hati-hati, ya. Vika sayang Ibu karna Allah."
Vika manis, tak pernah luput namamu ada di barisan do'a yg Ibu panjatkan. Harapan Ibu nak, janganlah kau seperti awan, putih indah dipandang tapi terkadang berubah hitam memuntahkan isinya ke bumi dalam bentuk hujan dan tergantikan yang baru.
Jangan juga seperti kapas, lembut, suci tapi mudah tertiup angin hilang dan tak berbekas.
Tapi, jadilah seperti karang. Meskipun kasar, berlubang, sendirian di tengah lautan tapi merupakan tempat yg nyaman dan kokoh untuk berpijak. Dan tetap tegar meski badai bertubi-tubi menghantam.
Ibu yakin Vika anakku, meski kamu masih kecil tapi kamu pasti bisa menghadapi dunia ini walau tanpa raga ibu disisimu. Karena kamu anak Ibu yang tegar, yang tak akan menyerah terhadap keadaan, yang kuat menghadapi semuanya. Percayalah sayang, Tuhan bersama kita.
Titip ayah ya nduk, kalau tetep nakal jewer aja hehehe.
Vika Gladis Afianty my daughter, be the best of you, with and without me beside you. I'll pray for you forever. I Love You.