Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 05 Agustus 2012

Persembahan Dirty




Dirty galau. Mukanya murung. Setiap hari wajah putihnya selalu ditekuk, kusut masai. Tak pernah sekalipun ia tersenyum. Bibirnya terkatup rapat.

"Come on, Coy. Mengapa kau tak pernah ceria akhir-akhir ini?" Lincak teman karibnya menegur.

Dirty tetap diam. Ia tak menyahut perkataan Lincak. Bahkan kini Dirty duduk membelakangi sahabatnya.

"Kalau ada masalah cerita saja, Dirty. That's what friend are for." Lincak mencoba melunakkan hati sahabatnya.

Disentuh bahu Dirty dengan penuh kasih, namun dengan sekali gerakan, Dirty mengibaskan tangan Lincak dari pundaknya.

"Biarkan aku sendiri, Lin. Aku butuh ketenangan," ucap Dirty pada akhirnya.

Lincak mengedikkan bahu pasrah. Dia berpikir mungkin Dirty sedang tak ingin diganggu.

"Kalau kau butuh tempat curhat, aku siap menjadi telinga untuk semua masalahmu," tutur Lincak sebelum akhirnya dia pergi. Memberikan ruang pada Dirty untuk menenangkan diri.

"Kau memang teman yang baik, Lincak. Namun entah mengapa hatiku iri padamu," lirih Dirty setelah dia memastikan Lincak tak ada di sebelahnya lagi.


****


"Untuk apa aku ada kalau tak berguna, Bom?" Isak lirih mewarnai ucapan Dirty kali ini. Bomway sahabatnya yang lain terharu melihatnya.

"Jangan suudzon begitu, Dirty. Tak mungkin Tuhan menciptakan makhluk itu secara sia-sia," bijak Bomway bertutur. Ia tak tahu harus bagaimana menghibur Dirty.

"Tapi nyatanya?" tantang Dirty, Bomway terdiam.
"Hanya aku yang tak diikut sertakan dalam setiap upacara perjamuan," lanjutnya. Tangisnya kini pecah.

Bomway bingung. Memang belum pernah sekalipun Dirty diikutkan dalam kelompoknya.

"Mungkin belum saatnya," ucap Bomway pada akhirnya.

Dirty tetap menangis. Dalam hatinya semakin diliputi rasa dengki pada teman-temannya.

Aku benci. Aku tak suka pada kalian semua, batin Dirty.

Dia semakin sedih, saat semua teman-temannya dimandikan untuk diajak ke upacara perjamuan malam ini. Dirty hanya mampu menggigit bibir saat mendengar riuh rendah kawan sebangsanya bercanda di bawah pancuran air.

"Kapan aku bahagia bersamamu kawan?" batinya kelu.


****


Merupakan kebanggaan tersendiri jika diikut sertakan pada upacara perjamuan tiap pekannya. Selain karena menjadi insan pilihan, juga karena akan bertemu Titi, gadis manis pemilik kulit putih dan bertangan lentik.

Hampir semua teman-temannya pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana mulusnya kulit Titi. Bahkan tak jarang dari mereka merasakan sentuhan jari lentiknya. Hanya Dirty saja yang belum pernah mengalami semua itu.

"Tuhan, tak Kau ijinkan kah aku menikmati lembutnya tangan idolaku barang sebentar?" tanya Dirty galau.

"Aku benar-benar terpesona olehnya, Tuhan," lanjutnya.

Lantas tiba-tiba saja Dirty mempunyai ide. Dia akan protes pada penguasa bagian.

"Kalau tidak diijinkan juga aku ikut perjamuan, maka aku akan mengajukan ritual sati," ancam Dirty.

Tentu saja itu membuat penguasa bagian kaget, "Hati-hati bicaramu, Dirty. Suatu aib jika salah satu anggota bagian ini melakukan ritual sati."

"Biarkan saja aku membusuk, daripada hidup tapi tak berguna." Dirty putus asa.

Kenyataannya penguasa bagian tak memberikan solusi. Dirty benar-benar kacau. Dia tak tahu lagi cara apa supaya dia bisa mengikuti upacara perjamuan.

"Titi, dengarkah kau rintihan hatiku?"

Lagi-lagi Dirty menangis pilu.


****


Matahari bersinar terik. Dirty berjalan gontai penuh peluh di wajahnya. Dahulu mukanya yang putih bersih kini sudah mulai menghitan. Namun ia tak menyesal, dengan semangat 45 dia terus berjalan penuh harapan pada satu tempat yaitu pabrik perubah nasib.

"Meski aku tak pernah diajak upacara perjamuan, tapi aku tak patah semangat," tegas Dirty. Keringat semakin membanjiri tubuhnya dan itu mengakibatkan dagingnya berkerut.

"Aku persembahkan jiwa dan ragaku untukmu Titi." Dengan bangga Dirty tertawa. Meski fisiknya kini semakin melemah. Ia tahu, pabrik perubahan nasib itu akan meminta nyawanya sebagai persembahan pada sang nirwana.

Sapuan angin sepoi-sepoi memberi efek dingin pada tubuh Dirty yang semakin layu. Sudah dipastikan lagi umurnya tak akan panjang. Matahari adalah salah satu pantangan Dirty untuk bertahan hidup.

Di tengah-tengah dia meregang nyawa, masih sempat-sempatnya dia berpantun.

Tak ada orang yang menyukai beludru
Mereka lebih suka pada kain batik
Kan kuucapkan terimakasih untuk sahabatku
Si Lincak Daun Bawang yang cantik.

Kain batik itu berwarna biru
Dilukis lilin oleh sang penguasa
Aku juga tak akan melupakan jasamu
Untuk Bomway Kol yang bijaksana.

Berbahagialah kalian mandi di pancuran
Jangan pernah ada air mata menitik
Aku yakin kalian sedang upacara perjamuan
Dimasak sup oleh Titi bertangan lentik.

Disini aku meregang nyawa
Terbakar ganas api dunia
Mungkin aku tak pernah ikut upacara
Namun aku akan jadi kripik yang terhidang di atas meja.

Kalau kalian upacara perjamuan
Jangan lupa senyum terpampang
Aku menyayangi kalian semua kawan
Salam dariku Dirty Jamur Yang Malang.


Tamat
Taiwan, 17.07.12

0 Suara:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites