Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 05 Agustus 2012

PESAN JAY


"Bahkan kau pulang pun tak mengabariku, Mas?" desis DAHLIA.

Di bibir pantai berpasir putih kala SENJA hampir tercipta. Jay diam saja tak menjawab. Dia larut dalam pesona cakrawala yang mencipta warna tembaga.

"Kepulanganku mendadak, Dahlia. Karena suatu hal," ucapnya kemudian. Pandangan Jay tetap lurus ke depan. Kepada sinar mentari yang lamat-lamat tertelan bumi.

Ia tak mempedulikan keresahan Dahlia. Kegelisahan yang terpancar pada mata beningnya karena kepulangan Jay yang tiba-tiba. Namun begitu, tak ayal ada sebuncah rindu yang menguak di antara ucapan Dahlia sore itu.

"Tapi Dahlia, aku harus mengakhiri hubungan kita. Lebih baik jangan tunggu aku lagi."

Dahlia tersentak. Dahlia hampir saja marah, namun ditahan. Ia masih coba berpikir bahwa Jay hanya bercanda. Sama seperti sekarang, yang tak memberi kabar sebelumnya tentang kepulangan Jay dari negri Jiran sebagai TKI.

"Dan tolong berikan surat ini kepada Ibuku. Sampaikan juga permintaan maafku padanya," lanjut Jay.

Dahlia membisu serta kebingungan. Dirinya masih mencoba mencerna apa yang terjadi.

"Kamu bercanda kan, Mas?" Dahlia mencerca Jay. Akan tetapi Jay meninggalkan Dahlia pergi. Melangkah memunggungi kekasihnya yang masih ternganga tak percaya. Berulangkali Dahlia memanggil Jay, namun ia tetap tegap melangkah. Mantap menjangkah satu demi satu. Meninggalkan tapak sepatu di pasir putih. Jelas, senyata hati Dahlia yang sakit tak terperi.


****


FAJAR menyemburat dari ufuk timur. Dahlia berjalan gontai tak tentu arah. Penampilannya kusut masai tak terawat. Dia terus berjalan dan berjalan mengikuti kemana kaki melangkah. Dahlia sudah tak semangat hidup.

Tanpa sadar, kaki Dahlia membawa tubuhnya ke rumah Ibu Jay. Keadaan masih sepi waktu itu. Hanya terdengar lamat-lamat suara ibu dan bapak Jay sedang berbincang.

"Assalamualaikum," ucap Dahlia ketika sudah berdiri di ambang pintu.

Tak berpa lama keluar Ibu Jay membukakan pintu dan terkejut melihat penampilan Dahlia yang seperti orang gila.

"Saya tak akan lama, Bu. Hanya ingin memberikan ini!" Disodorkan amplop putih titipan Jay pada Ibunya.

"Dari Jay. Dia memintaku ke pantai kemarin."

Ibu Jay terbelalak. "Apa kau tak salah lihat, Nak?"

Dahlia menggeleng.

"Apa benar yang menemuimu itu Jay anak Ibu?" Nada tak percaya tersirat dari ucapan Ibu Jay.

Kali ini Dahlia mengangguk.

Ibu Jay menangis membuat Dahlia kebingungan. "Apa yang sedang terjadi, Bu?"

"Dini hari tadi, kami mendapatkan telepon dari Malaysia, bahwa Jay mengalami kecelakaan kerja." ucap Ibu Jay sendu.

Dahlia tak percaya. Dahlia mengeleng kuat-kuat. Tidak! Teriaknya dalam hati.

"Dan nyawanya tak terselamatkan," lirih Ibu Jay kemudian.

Dahlia pun pinsan.


Taiwan, 25.07.12

0 Suara:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites