"Huh, dia OL lagi! Apa ga pernah tidur itu manusia, ya?" runtukku.
Ardit Zie, satu nama yang menjadi momok bagiku di dumay. Menghantuiku tiap hari, membuatku merasa malas berseluncur ke dunia maya. Tapi kalau aku ga buka internet, pastinya tak mungkin. Aku punya tanggung jawab pada group kepenulisan online yang kuasuh. Dan tak mungkin aku meninggalkannya begitu saja. Tidak hanya satu group yang aku handle, melainkan tiga.
Padahal sudah kututup chatbox ku setiap kali aku online, namun sepertinya 'jin Zie'_ begitu aku menyebutnya, mempunyai indra ke enam. Atau bahkan dua kali lipat dari indra manusia biasa, jin Zie punya indra dua belas huuft. Buktinya? Dia tahu kapan aku online dan juga dia tahu apa saja tentangku. Bahkan hal terkecil dariku. Tidak cuma di dumay dia tahu kegiatanku, di dunia nyata pun tak luput dari pengamatannya.
"Hhmm, Ardit Zie. Siapakah gerangan dirimu?" tanyaku pada profil bergambar anak panah itu.
Kenyataannya beginilah anak jaman sekarang, nulis nama di Fb selalu alay. Meskipun Ardit Zie bukan nama alay, tapi aku yakin itu bukan nama asli. Karena aku tak tahu sama sekali siapakah sebenarnya jin Zie ini. Informasi profilnya minim sekali, hanya ada nama, gender, dan alamat rumah. Wonosobo, kota kecil nan dingin di kaki gunung Sindoro, tempat kelahiranku. Dan foto? satu-satunya picture yang dia pasang adalah gambar anak panah ga ada yang lain.
Ardit Zie.
"Hellow cantik, udah makan belum, nih? Sekarang jadwalnya curhat menulis, kan?"
Inbox dari jin Zie. Nah, tho... Dia tahu sekarang aku sedang diberondong tentang bermacam-macam pertanyaan seputar menulis. Tentang ide lah, tema lah, plot, write block, mood, dan beragam pertanyaan lainnya.
Yuri Jeet.
"Udah makan nasi kok, tapi lagi pingin makan orang. Rese!"
Puas aku setelah ku klik send untuk membalas inboxnya. Tapi dasarnya jin Zie itu muka badak, maka meski aku maki-maki tetap saja dia inbox aku. Terkadang nyolek, atau nulis di dindingku, dan yang paling membuat jengkel, dia nge'like' semua yang bisa di like. Hadeh, menuh-menuhin notification.
Ardit Zie.
"Jangan galak-galak dong, nanti ditempelin ulet bulu warna ijo, loh"
Tuh contohnya. Jin Zie tahu aku paling takut sama ulet bulu, apalagi yang warna hijau, hyiii
Yuri Jeet.
"Mending ditempelin ulet bulu daripada liat muke elu, amit-amit!"
Pedes memang jawabannya, tapi sebodo amat!
Ardit Zie.
"Ih, imut deh kalo marah. Jadi pingin beli'in boneka spongebob"
Satu lagi fakta yang tepat. Sebenarnya siapa jin Zie ini? Dia juga tahu aku penggemar berat tokoh kartun bawah laut spongebob. Kyaaaaa
@@@
Niat hati mau refresh otak dengan buka facebook, tapi malah terkadang tambah bete karena Fb ku sekarang ada pengganggunya, dia adalah Jin Zie.
Aku ingat-ingat lagi, dulu jin Zie yang pertama nge-add aku. Salah aku juga ga selektif confirm pertemanan, jadi beginilah akibatnya. Bisa saja aku block jin Zie dan semuanya beres. Akan tetapi saat aku iseng lihat info profilnya, disitu telah ditambahkan SMAKANZA sebagai educationnya. Itu kan sekolahku dulu? Alhasil aku cancel lagi niat memblokir jin Zie.
Ardit Zie.
Jika mawar telah berguguran kelopak bunganya
Dan pula telah berjatuhan daun-daunnya
Maka hanya duri-duri tajam yang tersisa darinya
Onak yang hanya akan mengoyak siapapun yang menyentuhnya
Namun, aku masih berdiri di sin
Menatap dengan segala kekaguman hati
Dan bahkan jika harus terluka karena menyentuhnya
Itu akan jadi luka terindah yang pernah aku rasakan.
5minute ago.
1 like coment wall to wall remove
Puisi di pagi hari dari jin Zie. Tak kusangka, makhluk halus satu ini pintar juga berpujangga. Sebenarnya ingin sekali aku coment, tapi aku urungkan. Bisa-bisa cuping hidung jin Zie kembang kempis karena merasa kuperhatikan.
Tunggu dulu, aku sepertinya kenal puisi itu, tapi dimana? Aku berusaha kuat untuk mengingatnya, namun tetap tak kutemukan kapan dan di mana aku pernah membacanya.
"Ayolah jin Zie, jangan buat aku makin penasaran." ucapku gemas. Wedew, tidak mungkin. Aku bukan mulai peduli, ya. Tapi cuma ingin tahu saja orang di balik jin Zie ini.
Atau aku tanya saja no hpnya lewat inbox Fb, lantas aku telpon dia dan setidaknya dari suaranya ada sedikit petunjuk tentang jin Zie ini? Oh, tidak! Aku tak mungkin melakukan itu.
Alright, jin Zie. Pagi ini kau sukses membuatku makin penasaran. Eh, bukan, tapi membuatku makin benci terhadapmu. Karena sampai sekarang pun aku tak tahu siapa kau! Halah, ga beda jauh. Intinya aku kepikiran jin Zie.
@@@
From : +6281319XXX
To : Ndek ku dewe
Ayu, lebaran thn ini plg g? mo ada reunian.
From : Ndek ku dewe
To : +6281319XX
Cp nieh? reunian di mana? yg jelas kek inpohnya :-P
From : +6281319XXX
To : Ndek ku dewe
Sori non, lupa. q binar ingt g? kt dlu 1 kls di 3Ak2. Besok lbran ke-5 mau ada reuni akbar SMAKANZA, dtg y... ;-)
From : Ndek ku dewe
To : +6281319XXX
Ealaaah binar no ak ingt lahh...
piye kbre jenk? insya4JJI ak dtg :-)
From : +6281319XXX
To : Ndek ku dewe
Sip, kbrq apk buanget. kbtln q jd pntia. bnrn dtg y...
Pndftrn noban, dpt sticker 5 snack. acr jam 9pg. Ada hbrnnya jg loh, bkln nyesel klo g dtg!
From : Ndek ku dewe
To : +6281319XXX
Iye bu bos... tak usahain dtg wis. hbrnnya apa? nek ndolalak jotek ak :-D
From : +6281319XX
To : Ndek ku dewe
hbrne embleg! wkwkw
bkn ding, tmn sekelas kita dl yg nymbg band nya wat nyanyi. Viska, km pstnya inget dong... secara ehm ehm...
From : Ndek ku dewe
To : +6281319XXX
Hhhm, viska mantan ku kah? @_@ dtg ga y... :-D
jd ragu, takut dia CLBK kalo ktmu lg ma ak wakakakak
From : +6281319XXX
To : Ndek ku dewe
iya dech... cp sih yg ga kesengsem sama ayu... :-P
pokoknya dtg, kudu!
From : Ndek ku dewe
To : +6281319XXX
sip! insya4JJI
:-*
Yes! Kesempatan datang juga. Karena sekolahku mau mengadakan acara reuni akbar tentunya ada peluang membuka kedok jin Zie. Tapi, dia angkatan tahun berapa ya? Sampai sekarang pun aku belum tahu apa-apa tentangnya. Bahkan dia teman sekelasku dulu atau bukan juga aku ga tahu. Setiap kali dia inbox yang ada cuma saling ejek mengejek, meski kebanyakan aku yang ngejek, sih. Atau kalau tidak, aku selalu tak pernah balas ajakan chatingnya, malas. Sekarang baru ngerasa kuciwa, kenapa waktu itu ga nanya?
Atau, haruskah ku inbox duluan? Oh, no no no! Lain kali saja, dia pasti inbox aku, itu pasti!
@@@
Sudah ada satu minggu aku tidak membuka Fbku, pasti sudah banyak sekali notificationnya. Di dunia nyata aku sedang sibuk launching buku baruku di radio-radio. Ternyata aku bisa kangen juga sama Fb. Malam ini, ada sedikit waktu senggang untukku, dan aku langsung berselancar ke dunia maya. Sudah barang tentu jin Zie online. Namanya saja jin, dia ga pernah tidur!
Ardit Zie : Cantik, sukses ya acara promo bukunya.
Yuri Jeet : Alhamdulillah, kok tahu?
Ardit Zie : Tahu dong... :-)
Yuri Jeet : Hhmm...
Ardit Zie : Lebaran pulang ga nich?
Yuri Jeet : Insya Allah...
Ardit Zie : Berarti bisa dateng ke reuni akbar SMAKANZA dong...
Yuri Jeet : Insya Allah...
Ardit Zie : Bisa ketemuan dong...
Yuri Jeet : Insya Allah...
Ardit Zie : Hhmm... :-P
Yuri Jeet : Emang kamu mau dateng?
Ardit Zie : ga bisa T.T
Yuri Jeet : Kenapa?
Ardit Zie : Ya ga bisa aja lah...
Yuri Jeet : Bilang aja takut.
Ardit Zie : Takut? maksutnya?
Yuri Jeet : Takut ketemu aku dan kedokmu terbongkar lah...
Ardit Zie : Hahaha, iya juga ya?
Yuri Jeet : Hhmmm.
Ardit Zie : Tapi ada yang lebih aku takutin.
Yuri Jeet : Apa?
Ardit Zie : Takut tambah sayang ama kamu.
Yuri Jeet : Cuih, gombal!
Ardit Zie : Lah, beneran kok. Coba diinget, berapa cowok di SMAKANZA dulu yang nembak kamu.
Yuri Jeet : Tiga eh empat.
Ardit Zie : Itu yang nembak, kalau yang kagum buuanyaak non. Hampir semuanya malah.
Yuri Jeet : Lebay!
Ardit Zie : Dibilangin ga percaya, rata-rata begitu kok. Tapi jarang yang berani ngungkapin.
Yuri Jeet : Kenapa?
Ardit Zie : Minder lah. Kamu cantik, smart, ramah, berprestasi. Terlalu indah untuk diraih. Terlalu cemerlang.
Yuri Jeet : Bintang kalee
Ardit Zie : Lebih bercahaya dari bintang, lebih terang dari rembulan.
Yuri Jeet : LOL! udah ah, mau off.
Ardit Zie : Okey dech cantik. Bye-bye.
Yuri Jeet : Bye.
Yuri Jeet : Offline
Jadi makin penasaran dengan makhluk satu ini. Ayolah jin Zie, tunjukkan wajahmu!
@@@
Bertemu teman-teman masa SMA rasanya seperti kembali remaja lagi. Dimana masa paling indah adalah masa SMA, masa transisi dari ABG ke dewasa. Di masa inilah kita membutuhkan pengakuan "Jangan anggap aku anak-anak lagi, aku sudah dewasa sekarang. Aku sudah SMA." mungkin hampir begitu ucapannya.
SMK N 1 Wonosobo sekarang banyak yang berubah, tambah bersih, peralatan tambah kumplit, dan tentunya tambah maju. Tak menyesal aku dulu pernah menuntut ilmu di sini. Sekolah yang memberiku segudang pengalaman, dan tentunya turut andil dalam membentuk diriku menjadi seperti yang sekarang ini. Tak lupa juga karena peran guru-guru di sekolah ku tercinta ini.
Aula Krida Loka belum teramat ramai, namun sudah hampir penuh terisi alumni yang akan menghadiri reuni. Setelah kuselesaikan regristrasi, aku mencari-cari teman-teman sekelasku dulu dan bergabung dengan mereka. Ternyata banyak sekali kejutan yang kudapat. Kebanyakan profesi atau bahkan nasib teman-temanku dulu teramat mengejutkan. Di sini lah aku tersadar, bahwa semua yang ada di dunia ini adalah takdir Tuhan. Tak ada yang tahu akan seperti apa kita nantinya. Akan bagaimana nasib kita kedepan, semua adalah misteri.
Acara reuni berlangsung dengan meriah. Perform demi perform berjalan lancar. Seperti yang Binar bilang, Viska ikut tampil dalam memeriahkan acara. Cowok yang dulu pernah mengisi hatiku itu tak banyak berubah. Masih tetap cakep, baik dan penyabar. Sejak dulu begitulah sifatnya, itu yang membuat aku menerima cintanya. Meskipun membutuhkan waktu yang amat panjang, Viska teramat sabar dan telaten meraih hatiku.
Selesai perform, Viska menghampiriku. Cowok bermata indah itu menyapaku.
"Hai, Ayu. Apa kabar? Denger-denger sekarang jadi penulis hebat, ya?" tanyanya padaku.
Aku berusaha menjawab senormal mungkin. Aku tak ingin dia tahu bahwa... Tidak, dia tak boleh tahu. Viska sudah jadi masa laluku dan kini kita teman biasa.
"Baik, kamu sendiri gimana kabar? Sibuk apa sekarang?"
"Baik juga, Yu. Aku bantu-bantu Papa aja di kantor. Sudah berapa banyak buku karyamu, Ayu? Ternyata impianmu terkabul, ya."
Ya, Pak Goenawan. Beliau dulu tak merestui hubungan kami, dan Viska adalah anak yang teramat penurut kepada orang tuanya. Sudah barang tentu dia lebih memilih menuruti perintah papanya dari pada mempertahankan hubungan kita.
"Alhamdulillah, semua berkat kerja keras," jawabku. "Bagaimana kabar keluargamu, baik kan?"
"Baik, Yu. Cuma Mas Zildan yang sedang sakit."
Aku terkejut mendengar perkataan Viska barusan tentang Zildan. Dia adalah kakak kandung Viska.
"Mas Zildan sakit apa, Vis?"
"Kecelakaan, Ayu. Dan terpaksa kakinya harus diamputasi."
"Aku turut sedih mendengarnya."
"Terimakasih. Oya, mumpung pulang ke Wonosobo, main ke rumah, yuk. Sepertinya dapet kebanggaan tersendiri didatengi tamu penulis terkenal."
"Ah, kamu bisa aja. Aku tetep sama kaya dulu, kok. Ga ada yang berubah."
"Jadi, mau ga nih main ke rumah?"
"Boleh, sekalian mau jenguk Mas Zildan."
Aku menyetujui ajakan Viska. Aku pikir ga ada salahnya bersilaturohmi. Sudah lama juga aku tak mengunjungi rumah Viska. Sesampainya di rumah mantanku, aku disambut hangat oleh mamanya. Wanita paruh baya itu masih tetap cantik. Meski rambutnya sudah dihiasi beberapa helai uban, tapi dia masih terlihat anggun.
"Nak Ayu, lama tak ketemu. Sekarang jadi orang sukses, ya?" sapanya ramah kepadaku. "Mari masuk, Nak," lanjutnya.
"Iya, Bulek.Terimakasih."
Aku memasuki rumah yang dulunya sering ku kunjungi. Keadaannya tak berubah, masih sama seperti dulu tetap bersih dan rapi. Viska mempersilahkan aku duduk di ruang tamu dan aku menurutinya. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Tak sengaja mataku menatap beberapa buku yang sangat kukenal, sepertinya itu buku karyaku.
"Itu buku koleksi kak Zildan, semua karya-karyamu. Dia penggemar beratmu, makanya dia pasti seneng banget kamu datang ke rumah ini. Itung-itung ketemu idola." Viska berujar. Sepertinya dia mengetahui keherananku.
"Oya?"
Aku mengambil salah satu buku, kubuka bagian depannya dan aku langsung terkesima membaca tulisan yang ada di dalamnya.
Namanya Cinta
Selalu bikin hati penasaran
Coba disentuh dia malah menjauh
Sedikit menghindar dia malah mengejar
Namanya juga cinta, kalau ga bikin deg-deg an rasanya ga sempurna.
by : Ardit Zie.
Tamat.
Taiwan in Sofa kedamaian
28112011
Jeet Veno_Mena Ayu.
2 Suara:
hm..pagi2 dah bc curhatan(eh cerpen,hehe tp ky pnglmn prbd jg sh:-D:-D)ne.
jempol buat ayu
xie-xie hehehe
Posting Komentar