Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 14 Mei 2012

Sahabatku Malang















"Ayolah, Lyn pertimbangkan lagi pemikiranmu 
itu, aku yakin dia bukan yg terbaik 
untukmu, setidak nya begitulah fellingku" kataku 
pada sahabatku suatu hari. 

"Kenapa kau begitu yakin, Ta? tapi maaf ya 
sahabatku tersayang, aku percaya Putra. Dan 
begitu pula sebaliknya . Aku yakin dia nggak 
mungkin menyakitiku tidak seperti yang lain." 
Jawab Serlyn yakin. 

"Tapi, Lyn apa kamu tak merasakan perubahan 
atau ada kejanggalan dalam diri Putra selama ini?" 
Tanyaku kemudian. 

"Emm, tidak kok. 
eitz, jangan-jangan kamu." Serlyn mencoba menebak. 

"Nggak kok, Lyn." potongku cepat 
"Aku cuma 
memastikan aja, aku sebagai sahabat tak ingin 
kamu menangis, pumpung hubungan kalian belum 
terlalu jauh." Kataku kemudian. 

"Ha ha ha nggak usah parno gitu dong, Ta. Aku 
baik-baik aja kok, dan hubunganku dengan Putra sampai 
sejauh ini lancar. Listend my friend, I'm Fine, OK!" 
kata Serlyn tegas. 

"Tapi, Lyn" 

"Stop, cukup!. Alasanmu 
menyuruhku memikirkan kembali hubunganku dg 
Putra karna fellingmu Ia tlah mengkhianatiku 
itu tidak masuk akal, toh buktinya hubungan kita 
baik-baik saja. Dan maaf teman, kali ini aku lebih 
percaya ini tak akan sama seperti yang sudah-sudah." 

Tit tit tit Hp ku bersuara menandakan ada sms 
masuk, kubuka dan kubaca isinya lalu, 

"Ok lah kalau begitu, kuharap 
kamu tak menyesal nantinya, maafkan aku. Lyn aku harus pergi." kataku sambil memeluk 
sahabatku. 

"Makasih ya, Marta. Kamu begitu baik 
memperhatikanku, tapi jangan khawatir aku akan 
baik-baik saja." ungkap Serlyn pada akhirnya. 

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan 
sahabatku itu, 'Aku harap begitu, Lyn. Maaf.' 
kataku dalam hati 

"Bye, aku pergi dulu ya." 
Pamitku. 

Di tempat yang dijanjikan, aku langsung masuk ke 
warkop yg tak terlalu ramai pengunjung itu. Ku 
tebarkan pandanganku berkeliling, dan menuju ke 
bangku yang aku sudah hafal siapa yg duduk 
disana. Kuhempaskan tubuhku di kursi di seberang 
meja. 

"Hhfftt, aku tak sanggup Putra, aku tak tau mesti ngomong dari 
mana." Kataku mengawali. 

"Tapi ini harus, Ta. Sebelum semuanya terlambat." 
jawab Putra 

"Aku 
benar-benar tak tega Putra, aku takut dia akan 
membenciku setelah tau ini. Semuanya begitu 
menyakitkan." 

Putra meraih tanganku, merangkulku untuk 
memberi kekuatan yg aku butuhkan 

"Ta, kita harus tega, akan lebih menyakitkan lagi 
bila nantinya Serlyn tau dari orang lain. Aku tau 
aku salah, tapi daging dalam perutmu itu tak tau 
apa-apa, dan bagaimanapun juga itu tanggung 
jawabku. Aku yakin Serlyn orang yang kuat dan jika kita berterus terang, mungkin dia akan 
mengerti dan mau datang ke pernikahan kita" 
kata Putra meyakinkanku. 

Aku mengangguk. 

"Kita memang keterlaluan, ya" 
kataku kemudian. 

Tak terasa air mataku 
menetes, mewakili perasaanku. Tak bisa 
kubayangkan jika akhirnya Serlyn tau, bahwa aku 
lah yg akan membuatnya menangis. Tapi bayi yang 
kukandung ini tak salah dan aku tak akan 
membuatnya tersakiti. 

"Tuhan, maafkan kami." 
Do'aku dalam hati 

"Serlyn, maaf." Batinku.

0 Suara:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites