Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 14 Mei 2012

Teriakan Mas Kernet KON di TOL Garung













Gokil? so pasti.... 

Kejadian ini terjadi saat aku masih duduk di bangku kelas satu SMK. Sebagai anak yang manis dan penurut, meski asalku dari Magelang, namun aku mau saja di sekolahkan di Wonosobo. Tepatnya di SMK N 1 Wonosobo atau terkenal dengan sebutan SMAKANZA. 

Aku yang rumahnya teramat sangat jauh, terpaksa mengambil kost yang letaknya ada di depan sekolahku tercinta. Tau sendiri bagaimana keuangan anak kost kala itu, 'kan? Asal tahu saja, keluargaku adalah keluarga yang pas-pasan. Pas laper pas ada nasi. Pas ga punya duit pas ada yang kasih pinjem. Pas ga bisa balikin pinjeman pas ada yang minjemin lagi, begitulah seterusnya. Tapi, Alhamdulillah selalu serba pas. Nah, maka dari itu sebagai anak kost, otomatis aku harus bisa pintar-pintar menghemat uang saku yang di berikan bokapku. Emang dasarnya berasal dari keluarga yang pas-pasan, sudah barang tentu bokapku memberi uang saku padaku pun selalu pas. Pas untuk pulang pergi saja. Nah lho, lantas aku makan di kost gimana? 

Ahay, aku ada siasat. Dengan alasan aku adalah orang yang tergolong masih baru dan belum mengenal daerah-daerah di Wonosobo, maka aku berinisiatif menginap di rumah teman-teman sekelasku. Alasannya mah, ingin lebih mengenal tempat-tempat di Wonosobo, padahal tujuan utamanya adalah untuk ngirit uang makan. Uhuy, aku memang cerdas. Semua teman sekelasku mendapat giliran aku menginap di rumahnya, khusus cewek lho ya. Kalau soal uang transport ga perlu bingung, so pasti temen-temen yang mau aku bermalam di rumahnya dengan suka rela menanggung biaya transportku. Masa ada temen sekaliber aku mau nginep di rumah mereka ga disambut, sih? Woiyo tak santet *wuih kejam! 

Okey, singkat cerita, kini tiba giliran aku bermalam ke rumah temenku yang ada di Garung Wonosobo. Hari itu aku ada kegiatan ekstrakulikuler PMR di sekolah. Tapi temenku yang mau dapat anugrah aku kunjungi rumahnya itu, tidak ikut ekstrakulikuler PMR. So, dengan teramat menyesal dia pulang terlebih dahulu. Namun dia tetap membujuk aku untuk bersedia menginap di rumahnya. Dengan berat hati aku pun menyanggupi permintaan temanku. Aku mau menyusul ke rumahnya setelah kegiatan di sekolah selesai. Asal dengan catatan diberi uang transport beserta ditunjukkan arah rute yang harus aku lalui untuk sampai ke Garung Wonosobo. Berasa orang penting banget aku, padahal andai saja temenku itu menggagalkan rencana mampuslah aku. Puasa deh. 

Temenku berkata, "Kamu naik hijet yang pleretnya hijau muda. Nanti jikalau kernet meneriakkan desa Sendangsari berarti sudah hampir sampai. Hanya tinggal beberapa ratus meter saja. Nama daerahku adalah Tol Garung di situlah kamu turun." 

Dengan super PD tingkat menara Taipe, aku mengikuti instruksi yang di berikan temanku. Aku ingat-ingat betul bahwa aku harus turun di 'Tol' setelah desa Sendangsari. 

Untuk referensi saja, sebenarnya 'Tol' itu bukan nama desa. Hanya sebutan untuk daerah pemberhentian di pasar Garung. Dinamakan Tol, karena di pasar itu terdapat gapura untuk masuk ke area PLTA Garung. Di gapura itu tertulis 'ANDA MEMASUKI AREA TOL PLTA GARUNG'. Nah, untuk memudahkannya, orang-orang di sekitar Garung menyebut daerah itu dengan sebutan Tol. 

Aku memperhatikan dengan seksama dari satu desa ke desa yang lain. Di setiap desa yang dilewati, kernet meneriakkan siapa yang mau turun di daerah itu. Aku bersikap waspada karena takut keblabasan. Maklum, kalau aku nyasar dan hilang, nanti orang-orang akan nangis bahagia, nah lho? 

Well, sampailah hijet di desa Sendangsari. Kernet hijet yang aku tumpangi berteriak seperti biasa, "Sendangsari... sopo sik arep miduk?" (Sendangsari, siapa yang mau turun?) 

Tak ada yang menjawab, berarti tak ada yang turun di Sendangsari. Dalam hatiku berbisik sebentar lagi aku sudah sampai. 

Oiya lupa. Saat itu di dalam hijet lumayan penuh penumpang dan hampir semua laki-laki. Hanya ada aku dan satu ibu-ibu pulang dari pasar Wonosobo yang berjenis kelamin cewek tulen. Aku ingat-ingat lagi kata temenku, kira-kira limaratus meter dari Sendangsari, Tol yang aku tuju berada. Dari kejauhan sudah nampak gerbang bertuliskan "ANDA MASUK GERBANG TOL PLTA GARUNG" Wah hampir sampai. 

Agak lama kutunggu, tapi kenapa kernetnya tidak teriak seperti biasanya? Aku sudah deg-degan takut salah arah. Akhirnya tak lama kemudian taarraaaa, yang aku nanti tiba jua, sang kernet berteriak dengan gagahnya. 

"Kon...kon..." 

Lah kok menyebutnya beda? Ah, mungkin memang begitu sebutan lain tempat ini, batinku. 

Sang kernet berteriak lagi, "Kon...Kon..." 

Aku menjawab dengan teriak tak kalah kenceng dari si kernet. 

"Tol, Mas." 

Sontak semua tertawa. Aku heran, kenapa penghuni hijet semua tertawa? Bahkan ibu-ibu satu-satunya di hijet itu pun geleng-geleng kepala. 

Bodohnya aku ketika sang kernet mengulang pertanyaannya lagi, "Kon, Mbak?" Dengan lugunya aku menjawab, "Tol, Mas." seraya mengangguk mantap. 

Aku turun dari hijet. Meskipun mobil angkutan khas Wonosobo itu telah berlalu, aku masih tak habis pikir. Apa salahku sehingga ditertawakan begitu? And than, aku ingat-ingat lagi kronologi kejadian. Dari awal mula kernet teriak, disusul aku menjawab. Iseng-iseng aku gabungkan kata-kata kernet dan jawabanku, dari situ baru aku tersadar. Omaigat..... Asem! 



SELESAI 

Taiwan in sofa kedamaian 
10122011 
Jeet Veno_Mena Ayu

0 Suara:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites