Semangkuk kelereng merah terhidang di meja.
"Ah, makan ini lagi, Nek?"
Nenek mengangguk mantap. Dalam hati aku menggerutu bosan. Hampir tiap hari kelereng merah ini mengisi perutku.
"Kalau tak suka jangan dimakan. Biarkan saja di meja," ujar nenek.
Aneh. Nenek suka sekali membuatnya. Membentuk bulatan-bulatan kecil dengan telaten. Dari adonan tepung beras ketan diwarnai merah.
"Apa ga sayang nek? tiap hari membuang makanan. Lantas tujuan dibuat kelereng merah ini untuk apa?" kejarku.
"Tang yen. Namanya tang yen. Bukan kelereng merah." Nenek menegaskan padaku.
Aku terkikik geli. Sudah sejak dulu aku tahu nama Tang Yen, tapi untuk menggoda nenek aku selalu menyebutnya kelereng merah.
"Apa ga capek nek?"
Nenek menggeleng. Kalau dikerjakan dengan penuh cinta pekerjaan apapun akan terasa ringan katanya.
"Boleh aku bantu, nek?" tawarku basa-basi. Dalam hatiku sebenarnya malas.
"Kamu selesaikan saja pekerjaanmu," ucap nenek.
Lumayan memang, aku tak harus membantu membuat kelereng merah. Namun di hatiku ada rasa penasaran. Ada apa di balik peristiwa nenek dan kelereng merah ini?
Maka tak hentinya aku bertanya untuk menyelidiki. Asal muasal kelereng merah ini.
"Penuh memory," kata nenek sembari tersenyum. Manis.
"Kutebak dulu kakek suka sekali makan tang yen. Sehingga nenek rajin membuatnya."
Nenek menggeleng.
"Lantas apa dong?"
Nenek menghentikan aktivitasnya. Matanya menerawang jauh, tangannya diam memilin-milin kelereng merah. Mukanya mendadak serius.
"Eh, maaf nek," ucapku takut-takut.
"Ibu nenek suka sekali tang yen. Tapi tidak dengan nenek."
Aku jadi merasa tak enak hati. Mata nenek berkaca-kaca.
"Nenek menyesal karena tak menyukainya."
"Tiap orang berbeda-beda makanan favoritnya, Nek." kataku. Hanya untuk menenangkan nenek supaya tak bersedih lagi.
"Tapi ibu nenek sakit."
Walah, mungkin kebanyakan makan kelereng merah batinku.
"Dia meminta nenek membuat tang yen. Namun karena aku tak mahir membuatnya kutolak permintaan ibuku. Sampai dia meninggal tak sempat tang yen itu terhidang."
Dan nenek terisak.
Spontan aku menutup mulut dan langsung berkata, "hari ini aku mau makan kelereng merah, nek. Yang banyak."
Tamat.
Taiwan, 120512.
0 Suara:
Posting Komentar