"Hahaha! Namanya Minie tapi kok badannya ndut? Kalau Minie itu biasanya imut kaya marmut."
"Gue emang gendut. Lantas masalah buat lu?"
"Jiah, Minie bisa bicara juga. Kirain sariawan."
Minie membanting buku pelajaran fisika yang setebel mukanya Biep. Teman sekelas nya di SMA Maju Terus. Orang yang selama ini membuat Minie menggeretakkan gigi geraham kuat-kuat.
"Sekarat ya lu kalau ga ganggu gue?" teriak Minie kenceng banget sambil berlalu pergi.
Biep hanya tertawa melihat aksi Minie kali ini. Biasanya meski diolok-olok sampai Biep merasa capek sendiri, Minie tak pernah bereaksi. Hari ini lain, Minie mengeluarkan aksinya.
"Gue benci Biep!" teriak Minie di depan kaca toilet sekolah. Selama ini dia sudah bersabar menghadapi ulah Biep yang semena-mena terhadapnya.
"Heh, ngaca dong lu, Biep! Emang lu cakep apa? Beraninya cuma ngatain gue mulu! Cakepan juga Ngenge!" protes Minie terhadap bayangannya di cermin seraya menghapus air matanya yang mulai menetes.
Tak habis pikir saja, kenapa bisa Biep dan Ngenge dilahirkan kembar? Padahal keduanya berbeda sifat 180°.
Memang Ngenge dan Biep sudah sangat terkenal di saantero jagad sekolah Minie. Duo kembar yang terkenal karena ke-cool an nya itu. Semua cewek di sekolah Minie teramat memuja mereka. Ngenge dan Biep adalah icon idola di SMA Maju Terus.
****
"Mungkin dia suka sama lu, Min," ceplos Ecca suatu siang.
Minie hanya tertawa mendengarnya. "Andai cuma si buthek Biep itu laki-laki satu-satu nya dan terakhir yang tersisa buat gue di dunia ini, gue lebih baik menjomblo seumur hidup deh," ucap Minie berapi-api.
"Serius lu? Semua orang tahu bahkan mengidolakan mereka. Lu ga normal ya?"
Minie tertawa ngakak, "Biarin! Gue udah terlanjur benci sama si buthek Biep."
"Ati-ati loh, benci dan cinta bedanya tipis."
Minie menggedikkan bahu, "Amit-amit dah!"
"Awas jatuh cinta beneran loh," ungkap Ecca.
"Mendingan juga Ngenge, orangnya kalem. Jadi aura ketampanannya terpancar. Orang kalau banyak omong itu biasanya otaknya kosong. Ga beda jauh deh sama Biep. Gue meski gendut juga punya taste, Ca." Minie menerawang jauh ke alam maya.
"Udah ah, jangan ngomongin mereka. Bikin hariku buruk saja. Lebih baik mana obat diet yang kupesan," lanjut Minie pada akhirnya.
Ecca mengangsurkan sebotol obat ke tangan Minie. "Jangan lupa aturan minumnya, ya. Efek samping ditanggung sendiri lo."
"Iya santai saja," ucap Minie bersama tangannya mengibas ke udara.
"Kenapa ga diet alami saja sih, Min. Kan lebih sehat."
"Kelamaan. Nanti Ngenge keburu digaet orang."
Ecca hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Tanpa sadar ada sepasang telinga yang mendengar percakapan mereka. Dan pemilik telinga itu telah menarik kesimpulan dari yang didengarnya. Suatu jawaban akan pertanyaan hatinya selama ini.
****
Minie merasa ada yang lain di harinya. Seperti ada sesuatu yang janggal. Biasanya tiap detik ada saja dari diri Minie yang dicela oleh Biep. Namun akhir-akhir ini tak lagi ditemukan suara khas Biep mengolok-olok Minie.
"Lu sakit, Biep? Tumben diem aja?" Minie mengajukan keheranannya akan tingkah Biep pas pelajaran kimia yang kosong.
"Ga pa-pa. Emang salah?" jawab Biep singkat.
"Ga juga sih. Tapi apa betah tu mulut diem terus? Kamu kan paling ga bisa ngerem omongan. Aneh aja jadinya."
Biep menggedikkan bahu.
"Lu keracunan apa, Buthek?"
"Pingin jadi pendiem aja."
Minie mengerutkan kening. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di diri Biep, tapi apa Minie tak tahu.
"Bagus deh. Lebih baik begitu. Jadi hari-hariku bisa tenang."
Minie hendak berlalu ketika tangan Biep dengan keras menariknya jalan ke arah berlawanan.
"Buthek! Lepasin tangan gue," ronta Minie.
Namun Biep tetap acuh. Ditariknya tubuh gempal Minie ke samping kantin sekolah.
"Mau diapain gue di sini?"
Biep melepaskan genggamannya, "Hentikan minum obat diet lu itu. Gue ga suka." ucap Biep to the point.
"Jiah, hak gue dong mau minum atau ga. Lagian apa urusan lu? Bukankah selama ini lu yang paling gencar ngata-ngatain gue karena gue gendut?"
"Sekarang beda. Karena lu cewek gue."
Minie kaget akan perkataan Biep yang baru saja didengarnya.
"Hah? Ga salah lu?"
"Ga! Gue yakin dengan apa yang gue ucapin. Gue suka ama lu, Ndut."
Minie menelan ludah, "Tapi gue kan gendut."
"Lantas kenapa? Masalah buat lu?" ujar Biep menirukan perkataan Minie.
"Ta.. ta... tapi,"
"Ga ada tapi-tapi an. Lu cewek gue sekarang, Ndut!"
"Lu kan idola cewek satu sekolah. Apa kata mereka nanti coba.."
Biep meletakkan ujung telunjuknya di mulut Minie.
"Gue ga peduli. Gue suka lu, Ndut. Becauze big is beautiful for me."
TAMAT
Taiwan, 5.04.2012
Jeet Veno_Mena Ayoe
0 Suara:
Posting Komentar